Senin, 13 Februari 2012

Miskin itu pilihan !!!

Semuanya pasti sepakat, kalau miskin itu sangat tidak menyenangkan. Miskin atau kemiskinan merupakan hantu yng sangat ditakuti.
 
Wajar saja, karena kemiskinan bisa berarti banyak keinginan yang tak bisa tercapai, selalu kekurangan, apalagi ditambah dengan keterbelakangan.
 
Apalagi, pada saat kita miskin kita menderita sakit yang cukup parah, tentu sangat mengenaskan dan tidak enak sama sekali.
 
Bagaimana tidak? Kalau kita jatuh sakit di saat miskin, alamat tidak akan mendapatkan layanan yang layak dari RS, bahkan boleh jadi dicuekin. Pakai kartu gaskin pun terkadang bukan main sulitnya mengurusnya, belum kalau biaya yang di cover ternyata hanya sedikit sekali dan lainnya, mesti bayar sendiri.
 
Jangan sampai juga, kita terjerat kasus hukum sampai di penjara di saat kita miskin. Karena sudah bukan rahasia lagi, terutama di daerah, masuk penjara merupakan ekonomi biaya tinggi, dari level atas sampai level terbawah sekalipun.
 
Miskin adalah pilihan?
Namun, apakah sebenarnya miskin itu, benarkah menjadi miskin adalah pilihan? Bukan keharusan yang wajib dijalani oleh seseorang?
 
Miskin itu pilihan bisa diterjemahkan sebagai kemiskinan hati. Artinya, meski hanya memiliki rumah kecil, dengan kendaraan mobil yang pas-pasan, bahkan jauh lebih mahal sebuah unit motor portmerek tertentu, namun kalau sudah merasa cukup, maka berarti kaya lah dia, karena kaya hatinya.
 
Sebaliknya, apabila memiliki rumah mewah, mobil berjejer, dan punya perusahaan di mana-mana, kalau selalu merasa kekuraangan, maka miskin lah dia, karena betapa misskinnyaa hatinya.
 
Biasanya, para koruptor termasuk dalam kategori ini. Karena sudah kaya namun selalu merasa kekurangan hingga mengambil yang bukan haaknya.
 
Tapi sebenarnya, tak perlu minder jadi orang miskin, karena banyak program pemerintah dan swasta yang katanya untuk orang-orang miskin.
 
Misalnya, sebuah mall besar menggelar bazar besar tengah malam dengan diskon hingga 50%, maka sah-sah saja kita sebagai orang miskin ikut berdesak-desakan berebut barang mewah di mall besar itu.
 
Ada juga SD/SMP favorite yang pendanaannya menguras anggaran negara, jadi ya oke-oke saja keluarga kita menikmatinya toh kita juga orang miskin yang harus dibantu negara.
 
Lalu bagaimana dengan orang-orang pinggiran yang dengan makan sekali sehari sudah merasa cukup? dengan kuli-kuli di kota-kota besar yang uangnya dirasa sudah sangat berarti dan merasa cukup untuk hanya sekedar biaya mudik lebaran?
 
Dengan petani-petani yang dengan hasil taninya yang tak seberapa sudah merasa nyaman dengan keadaanya saat ini? Apalagi ditambah membanjirnya produk pertanian impor seperti bawang, kentang, dan garam, namun mereka tetap merasa damai, atau dengan para pemulung murni yang merasa sudah cukuplah hasilnya hari ini dimakan hari ini?
 
Dan mereka adalah orang-orang kaya sebenarnya negara ini. Apakah hidup mereka menyenangkan? mungkin lebih menyenangkan daripada kita yang hidup begitu nyaman namun sesungguhnya kita adalah orang miskin sesungguhnya.
 
Mungkin juga hidup mereka sangat bahagia karena tak harus sibuk dengan berjuta keinginan yang semakin hari semakin menyesakkan. Mungkin mereka lebih bahagia karena tidak harus mengurusi pencitraan, jaga image, jaga sikap, menjilat sana sini, dan berjuta jaga-jaga yang lain.
 
Okelah , kadang ada sebagian kita yang terlahir terlanjur kaya, pun tidak sedikit yang terlahir terlanjur miskin. Namun bisakah kita sedikit menarik nafas sejenak?  usahakan dalam mencapai kekayaan kita janganlah  menjadi sumber kemiskinan orang lain. Atau dalam menjadi orang miskin jangan menyebabkan sesaknya orang lain.
 
Tertarik jadi miskin?
Lalu apakah anda tertarik jadi orang miskin? Banyak jalan menuju kesana, diantaranya dengan membelanjakan uang kita di arena judi, atau menyuap untuk jadi PNS atau sejenisnya, banyak memiliki kartu kredit dari berbagai bank, utang modal sana sini, yang berujung pada kredit macet dan akhirnya bangkrut. Miskinlah anda.
 
Cara menjadi miskin lainnya adalah, bertanilah.
 
Profesi ini pasti membuat miskin. Lihatlah mengapa petani dari dulu menjadi miskin padahal mereka bekerja sangat keras dan menyumbangkan produk kepada kita agar kita bisa makan nasi.
 
Ini bukan karena apa tetapi karena memang petani adalah rakyat yang bisa dipermainkan oleh banyak pihak baik itu pengusaha, pejabat dan kroni-kroninya. Harga-harga produk pertanian akan dengan mudah dipermainkan para spekulan dan pejabat pengambil keputusan.
 
Harga pupuk mahal, saluran irigasi tidak pernah beres, cuaca yang tidak menentu, begitu panen tiba harga produk anjlok di pasar. Belum lagi produk impor, dsb. Benar-benar mengenaskan jadi orang kecil.
 
Penyebab miskin sebenarnya bermacam-macam, diantaranya Hidup di negara miskin. Saya rasa semua orang akan menjadi miskin jika mereka hidup di negara yang miskin. Apa itu negara yang miskin? Negara yang miskin adalah negara yang sumber daya alamnya sangatlah terbatas bahkan tidak ada sama sekali.
 
Misalnya hutannya jarang, tanahya tandus, sumber air bersih tidak cukup (termasuk curah hujan), laut tidak ada (berikut hasil laut), hasil tambang tidak ada, sumber daya manusia yang bodoh, tanah yang tidak subur dan gersang, cuaca yang ekstrim, dsb.
 
Bisa Anda bayangkan tinggal di beberapa negara Afrika yang tandus dan miskin seperti itu tetapi masih sibuk perang saudara? Sudah miskin tetapi masih berantem.
 
Beruntung negara Indonesia kita ini termasuk negara yang kaya raya. Hasil hutan banyak, cuaca bagus, laut penuh ikan, hasil tambang berlimpah dan orangnya pintar-pintar. Kalau penduduk lokal tempat tambang berada itu miskin, lain soal.
 
Apalagi kalau Masih banyak daerah terpencil yang belum merasakan meratanya kesejahteraan, itu soal nanti.
 
Angka kemiskinan semu
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis berbagai angka pertumbuhan ekonomi Indonesia, di antaranya angka kemiskinan yang dicatat turun hingga 0,13 juta orang. Laporan BPS itu seolah memantapkan sederet prestasi pemerintah, namun diragukan oleh sejumlah pihak, dan BPS dianggap menyampingkan fakta sosial sebenarnya.
 
BPS tidak memotret kehidupan rakyat, dan hanya melihat dari sudut pandang ekonomi.
 
Pada tahun ini Badan Perenacanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mematok target tingkat kemiskinan tahun 2012 sebesar 10,5%-11,5%.
 
Komisi XI DPR akan mengarahkan pemerintah agar mengubah garis kemiskinan yang saat ini ditetapkan setara dengan penghasilan Rp 230.000 per orang dalam sebulan.
 
Garis kemiskinan tersebut dinilai salah kaprah karena mengabaikan orang yang berpenghasilan sedikit di atas garis kemiskinan tersebut.
 
Konon, saking takutnya orang pada miskin, tega melakukan tindakan korupsi, sikut kanan sikut kiri, mengurangi spesifikasi teknis jembatan atau jalan yang membahayakan orang lain, dan lainnya. Orang-orang seperti ini jelas tak punya pilihan karena miskin hatinya..(api)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar