BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Tanaman Jagung
2.1.1 Asal usul dan perkembangan tanaman jagung
Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman
jagung, tetapi secara umum para ahli sependapat bahwa jagung berasal dari
Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Jagung secara historis terkait erat dengan
suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan sejak 10.000
tahun yang lalu. Tanaman jagung yang ada di wilayah Asia diduga berasal dari
Himalaya. Hal ini ditandai oleh ditemukannya tanaman keturunan jali (jagung
jali, Coix spp) dengan famili Aropogoneae.
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman
pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber
karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif
sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia
(misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan
pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan
ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat
tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan
bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung
kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung
yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan
farmasi.
2.1.2 Botani
Tanaman Jagung
Tanaman jagung (Zea mays L.) berasal dari benua Amerika. Menurut Linnaeus
dalam Warisno (1998), klasifikasi tanaman jagung adalah sebagai berikut:
Divisio
: Spermathophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonena
Ordo
: Graminae
Famili
: Graminaceae
Subfamilia
: Ponicoidae
Genus
: Zea
Species
: Zea mays L.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu
siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus
merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan
generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung
umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai
tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas
sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti
padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
2.1.3
Klasifikasi Tanaman Jagung
1.
Berdasarkan tekstur biji (kernel)
Berdasarkan
penampilan dan tekstur biji (kernel), jagung diklasifikasikan ke dalam 7 tipe
yaitu :
a.
Jagung
mutiara (flint corn) – Zea mays indurata
Biji
jagung tipe mutiara berbentuk bulat, licin, mengkilap dan keras karena bagian
pati yang keras terdapat di bagian atas dari biji. Pada waktu masak, bagian
atas dari biji mengkerut bersama-sama, sehingga menyebabkan permukaan biji
bagian atas licin dan bulat. Pada umumnya varietas lokal di Indonesia tergolong
ke dalam tipe biji mutiara. Sekitar 75% dari areal pertanaman jagung di Pulau
Jawa bertipe biji mutiara. Tipe biji ini disukai oleh petani karena tahan hama
gudang.
b.
Jagung
gigi kuda (dent corn) – Zea mays identata
Bagian
pati keras pada tipe biji dent berada di bagian sisi biji, sedangkan
pati lunaknya di tengah sampai ke ujung biji. Pada waktu biji mengering, pati
lunak kehilangan air lebih cepat dan lebih mengkerut dari pada pati keras,
sehingga terjadi lekukan (dent) pada bagian atas biji. Tipe biji dent
ini bentuknya besar, pipih dan berlekuk. Jagung hibrida tipe dent adalah
tipe jagung yang populer di Amerika dan Eropa. Di Indonesia, terutama di Jawa,
kira-kira 25% dari jagung yang ditanam bertipe biji semi dent (setengah
gigi kuda).
c.
Jagung
manis (sweet corn) – Zea mays saccharata
Bentuk
biji jagung manis pada waktu masak keriput dan transparan. Biji jagung manis
yang belum masak mengandung kadar gula lebih tinggi dari pada pati. Sifat ini
ditentukan oleh satu gen sugary (su) yang resesif. Jagung manis umumnya
ditanam untuk dipanen muda pada saat masak susu (milking stage).
d.
Jagung
berondong (pop corn) – Zea mays everta
Pada tipe
jagung pop, proporsi pati lunak dibandingkan dengan pati keras jauh lebih kecil
dari pada jagung tipe flint. Biji jagung akan meletus kalau dipanaskan karena
mengembangnya uap air dalam biji. Volume pengembangannya bervariasi (tergantung
pada varietasnya), dapat mencapai 15-30 kali dari besar semula. Hasil biji
jagung tipe pop pada umumnya lebih rendah daripada jagung flint
atau dent.
e.
Jagung
tepung (floury corn) -Zea mays amylacea
Zat pati
yang terdapat dalam endosperma jagung tepung semuanya pati lunak, kecuali di
bagian sisi biji yang tipis adalah pati keras. Pada umumnya tipe jagung floury
ini berumur dalam (panjang) dan khususnya ditanam di dataran tinggi Amerika
Selatan (Peru dan Bolivia).
f.
Jagung
ketan (waxy corn) – Zea mays ceratina
Endosperma
pada tipe jagung waxy seluruhnya terdiri dari amylopectine, sedangkan
jagung biasa mengandung ± 70% amylopectine dan 30% amylose. Jagung waxy
digunakan sebagai bahan perekat, selain sebagai bahan makanan.
g.
Jagung
pod (pod corn) – Zea mays tunicata
Setiap biji
jagung pod terbungkus dalam kelobot, dan seluruh tongkolnya juga terbungkus
dalam kelobot. Endosperma bijinya mungkin flint, dent, pop, sweet atau waxy.
Dari
ketujuh jagung tersebut, jagung mutiara (flint corn) dan semi gigi kuda
(dent corn), serta jagung manis (sweet corn) yang banyak
dibudidayakan di Indonesia.
2.
Klasifikasi
Jagung Berdasarkan Umur Tanaman
Kelompok varietas tanaman jagung
berdasarkan umur tanamannya terbagai menjadi tiga seperti dijelaskan dibawah
ini :
1. Varietas Berumur Pendek (Genjah) : umur panennya
berkisar antara 70 – 80 hari setelah tanam (HST). Contoh : varietas Medok,
Madura, Kodok, Putih Nusa, Impa Kina, dan Abimayu.
2. Varietas Berumur Sedang (Medium) : umur panennya
berkisar antara 80 – 100 HST. Contoh : varietas Panjalinan, Bromo, Arjuna,
Sadewa, Parikesit, Hibrida C-1 dan CPI-1.
3. Varietas Berumur Panjang (Dalam) :
umur panennya berkisar antara 80 – 110 HST. Contoh : varietas Harapan, Metro,
Pandu, Bima dan Composit-2.
3.
Klasifikasi
Jagung Berdasarkan Tempat Penanaman
Tanaman jagung
dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi. Berdasarkan ketinggian
tempat penanaman, jagung dibedakan menjadi dua kelompok varietas sebagai
berikut :
a.
Varietas
jagung dataran rendah
: dapat tumbuh dan berproduksi baik di daerah yang mempunyai ketinggian kurang
dari 1.000 m dpl. Contoh : varietas Harapan, Arjuna, Sadewa, Parikesit, Bromo,
Abimayu, Kalingga dan Wiyasa.
b.
Varietas
jagung dataran tinggi
: dapat tumbuh dan berproduksi baik di daerah yang mempunyai ketinggian lebih
dari 1.000 m dpl. Contoh : varietas Bima, Pandu, Kania Putih, dan Baster Kuning
4. Klasifikasi Jagung Berdasarkan
Ketahanan Terhadap Hama dan Penyakit
Setiap varietas jagung memiliki
ketahanan yang berbeda dengan varietas lain terhadap serangan hama dan
penyakit. Berdasarkan sifat ketahanan tersebut tanaman jagung dapat dibedakan
menjadi empat jenis varietas :
a. Varietas yang Tahan (Resisten) : varietas yang
tahan (tetap tumbuh dan berproduksi dengan baik) apabila dalam keadaan hama dan
penyakit berkembang dengan baik serta merupakan tanaman yang jagungnya
terserang kurang dari 10%. Contoh : C-1, Pioneer-1, Pioneer-2, Sadewa, Semar-1
dan Semar-2.
b. Varietas yang Toleran : varietas yang toleran
terhadap hama dan penyakit ditandai dengan kemampuan varietas jagung yang hanya
terserang 11%-25% pada saat hama dan penyakit berkembang dengan baik. Contoh :
DMR 5, C1, C2, dan IPB-4.
c. Varietas
Setengah Toleran : tanaman yang ditandai dengan kemampuan terserang antara
26%-50% oleh hama dan penyakit pada saat organisme tersebut berkembang dengan
baik. Cotohnya : semua varietas jagung unggul.
d. Varietas Peka : tanaman yang ditandai dengan
kemampuan terserang lebih dari 50% pada waktu organisme tersebut berkembang
biak. Contohnya : varietas Metro.
5. Klasifikasi Jagung Berdasarkan Pembentukannya
Tanaman
jagung adalah tanaman yang menyerbuk silang, artinya sebagian besar (± 95%)
penyerbukannya berasal dari tanaman lain. Pada umumnya tanaman menyerbuk silang
atau bersari bebas, susunan genetik antar satu tanaman dengan yang lain dalam
suatu varietas akan berlainan. Oleh sebab itu sifat-sifat pada tanaman
menyerbuk silang akan menunjukkan suatu varietas yang besar. Walaupun demikian,
varietas tersebut masih menunjukkan sifat-sifat yang dapat diukur, seperti
tinggi tanaman, bentuk tongkol, tipe biji, warna biji dan sebagianya. Varietas
yang telah mengalami seleksi dan adaptasi pada suatu lingkungan akan
menunjukkan suatu keseragaman fenotipe yang dapat dibedakan dengan varietas
lain. Pada dasarnya varietas jagung digolongkan ke dalam dua golongan varietas
berikut.
b.
Varietas
bersari bebas (non hibrida atau Open Pollinated Variety / OPV)
c.
Varietas
hibrida
2.1.4
Kandungan
Gizi Jagung Manis
Jenis ini
mengandung kadar gula yang relatif tinggi, kerana itu biasanya dipungut muda
untuk dibakar atau direbus. Ciri dari jenis ini adalah bila masak bijinya
menjadi keriput.
Jagung memiliki
bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman
(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae,
yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan
bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga
betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan
pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol
produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul
dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai
varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5
hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
Biji jagung kaya
akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan
karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat
dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung
ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini
tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam
pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin
lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa..
Kandungan gizi Jagung
per 100 gram bahan adalah:
Kalori : 355 Kalori
Protein : 9,2 gr
Lemak : 3,9 gr
Karbohidrat : 73,7 gr
Kalsium : 10 mg
Fosfor : 256 mg
Ferrum : 2,4 mg
Vitamin A : 510 SI
Vitamin B1 : 0,38 mg
Air : 12 gr
Dan bagian yang dapat dimakan 90 %.
Sumber Direktorat Gizi,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
2.1.5
Teknis
Budidaya Jagung Manis
Syarat Tumbuh
Curah hujan yang terjadi selama bulan penanaman cukup tinggi
sebesar 309 mm dan 501 mm (rata-rata 427 mm/bulan), nilai curah hujan
yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan distribusi hujan yang ideal bagi pertumbuhan
jagung yaitu 200 mm/bln (Sutoro et al., 1988) dan berpotensi menyebabkan
pencucian pada unsur hara yang terdapat di tanah.
Dalam suatu langkah budidaya ada hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya syarat tumbuh, adapun syarat tumbuh tanaman jagung yaitu ketinggian 5-1.200 m dpl, kelembaban 80%, pH 2,3 dan suhu 15 – 20oC.
Teknik Budidaya
Dalam suatu langkah budidaya ada hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya syarat tumbuh, adapun syarat tumbuh tanaman jagung yaitu ketinggian 5-1.200 m dpl, kelembaban 80%, pH 2,3 dan suhu 15 – 20oC.
Teknik Budidaya
a)
Benih
Peranan
benih sangat vital sebelum memulai budidaya. Benih juga merupakan biji tanaman
jagung yang tumbuh menjadi tanaman muda. Tanaman muda tersebut menjadi tanaman
dewasa yang dapat menghasilkan bunga dan berbuah. Mutu benih yang bersifat
kualitas memegang peranan penting dan peningkatan produksi, mutu benih meliputi
mutu fisik, genetik fisiologis benih. Beberapa benih jagung manis yang sudah
beredar diantaranya Sweet boy merupakan hibrida, Super Sweet inbrida dari
produsen terkenal Cap Kapal Terbang dan lain-lain.
b) Persiapan Lahan
Pengolahan
tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah menjadi gembur, sehingga
pertumbuhan akar tanaman maksimal. Pengolahan tanah juga akan memperbaiki
tekstur tanah. Adapun tahapan dari pengolahan tanaman jagung manis, yaitu:
-
Membuat
bedengan dengan lebar 1 m , jarak bedengan 30 m dan panjangnya sesuai dengan
lahan.
-
Penggemburan
ketanah dengan kedalaman 30 – 40 cm
c) Pemupukan Organik dan Non Organik
Pemberian pupuk kandang diberikan sebelum pemasangan mulsa
dan diratakan di atas tanah bedengan. Pemberian pupuk Organik SP 36, ZA, Kcl
dengan perbandingan 1:1:½ berfungsi untuk penyanter tanaman vegetatif, cara
pemupukan dengan meratakan di atas bedengan dengan jarak per 1 m dan diberikan
100 g.
d)
Pembuatan
Lubang Tanaman
Pembuatan lubang Komoditas untuk tanaman jagung, jarak
tanaman 40 – 30 cm., dengan bedengan yang sudah ditutupi dengan mulsa, yang
sudah dilubangi. Setelah itu dilakukan penunggalan sedalam 2 – 3 cm.
e) Penanaman
Penanaman di lapangan dilakukan dengan menggunakan benih
bukan biji. Sebelum penanaman benih kita semai terlebih dahulu, dengan cara:
-
Biji
disimpan ke pot dengan media: pupuk kandang, arang sekam, selama 7 hari;
-
Beri
pupuk organik;
-
Setelah
tumbuh 3 – 5 daun, siap ke lahan.
Penanaman
dilakukan pada lubang yang sudah diberi pupuk dengan kedalaman lubang 3 cm
dengan jumlah bibit per lubang tanam sebanyak 2 bibit kemudian ditutup
dengan tanah. Jarak tanam yang digunakan adalah 75 cm x 25 cm.
f)
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari yang bertujuan
mencegah tanaman layu. Apabila musim kemarau penyiraman dilakukan setiap hari.
g)
Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma di sekitar
tanaman yang dilakukan sebanyak 3 kali. Penyiangan pertama dilakukan pada umur
21 hst dengan cara mencabut gulma. Penyiangan ke 2 dilakukan umur 42 hst dengan
menggunakan kored. Yang dimaksud penyiangan adalah membrantas atau membuang
gulma bagi tanaman yang dibudidayakan. Akibatnya daun menjadi berimbang, cara
pengendalian yaitu dengan mencabut rumput-rumput yang tumbuh di sekitar tanaman
guna mengatasi persaingan unsur hara pada tanaman.
h)
Penjarangan
dan Penyulaman
Penjarangan dilakukan 7 hst dengan cara meninggalkan satu
tanaman yang pertumbuhannya baik. Sedangkan penyulaman dilakukan apabila
tanaman pada lubang tanam tidak ada yang tumbuh atau mati.
i) Pembumbunan
Pembumbunan dimaksudkan untuk memperkokoh berdirinya tanaman
dan mendekatkan unsur hara. Pembumbunan dilakukan secara bersamaan dengan
penyiangan ke 2 yaitu pada umur 42 HST.
j)
Pengendalian
Hama dan Penyakit
Untuk mencegah serangan hama pada awalnya pertumbuhan dan
tanaman diberikan insektisida Furadan 3G pada saat tanam sebanyak 20 kg/ha (9
gr/petak) yang di berikan pada lubang tanam. Pengendalian hama selanjutnya
dengan menyemprotkan insektisida decis 2,5 EC dengan konsentrasi 2 ml/liter,
larutan yang diberikan pada umur 20 hst, 27 hst dan 33 hst. Adapun penyakit
yang menyerang yaitu:
-
Bulai
Penyakit ini terkenal bagi tanaman jagung disebabkan oleh cendawa yang merajalela, tanaman yang terserang cenderung mengalami kematian. Penyakit ini di takuti para petani. Cara pengendaliannya; tanaman di cabut jika terserang lalu dimusnahkan atau disemprot dengan fungisida.
Penyakit ini terkenal bagi tanaman jagung disebabkan oleh cendawa yang merajalela, tanaman yang terserang cenderung mengalami kematian. Penyakit ini di takuti para petani. Cara pengendaliannya; tanaman di cabut jika terserang lalu dimusnahkan atau disemprot dengan fungisida.
-
Bercak
Daun.
Penyakit
ini ditemukan di daerah lembab, yang disebabkan oleh Cendawan. Cara
pengendaliannya; mengatur kelembaban lahan agar tidak lembab, atau dengan cara
menyemprotkan Pestisida.
- Karat.
Tanaman ini tumbuh di tanaman yang sudah tua, Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Pucunia songin. Akibatnya: bijinya tidak sempurna. Proses pembuahan tidak terbentuk. Cara pengendalian: melakukan sanitasi pada areal penanaman jagung, mencabut tanaman jika terserang, menyemprotkan fungisida pestisida.
Tanaman ini tumbuh di tanaman yang sudah tua, Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Pucunia songin. Akibatnya: bijinya tidak sempurna. Proses pembuahan tidak terbentuk. Cara pengendalian: melakukan sanitasi pada areal penanaman jagung, mencabut tanaman jika terserang, menyemprotkan fungisida pestisida.
k) Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 60 hst yang
ditandai dengan kelobot sudah bewarna kuning, bijinya sudah cukup keras dan
mengkilap, apabila ditusuk dengan kedua ibu jari biji tersebut tidak berbekas,
kadar air biji sekitar 25% – 30%
2.2 Usahatani
Usahatani
adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang
diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan
yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan yang didirikan di
atas tanah dsb. Farm, yaitu sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaamn
bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia
seorang pemilik, penyakap ataupun manager yang digaji. Ilmu usahatani (farm
management), yaitu bagian dari ilmu ekonomi pertanian yang mempelajari
cara-cara petani menyelenggarakan usahatani, Sutikno (2005).
Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah
ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu.
Menurut Adiwilaga (1982), ilmu usahatani adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan
pertanian dan permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan
pengusahanya sendiri atau Ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang
petani sebagai pengusaha dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan
itu.
Menurut Mosher
(1968) usahatani adalah: suatu tempat
atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan seorang
petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji himpunan dari
sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan
untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas
tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan
sebagainya .
Menurut Kadarsan
(1993), usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang
berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan
ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan
pertanian.
2.3 Teori
Produksi
Hubungan
antara faktor produksi dengan produksi, dinyatakan dengan hubungan fungsi produksi. Fungsi produksi
adalah hubungan fisik antara faktor
produksi dan hasil produksi yang biasa dinyatakan dengan rumus sebagai berikut
:
Y = f ( X )
Dimana :
Y = Produksi
sebagai variabel dependen
X = Faktor
produksi sebagai variabel independent (Soekartawi, 1989).
Fungsi
produksi menjelaskan bahwa suatu persamaan yang menunjukkan sebuah hubungan
antara tingkat output dan tingkat input. Analisa produksi sering dilakukan oleh
para peneliti, karena mereka menginginkan bagaimana sumber daya yang terbatas
seperti tanah, tenaga kerja dan modal dapat dikelola dengan baik agar produksi
yang diperoleh dapat secara maksimal (Mubyarto, 1989).
Faktor-faktor produksi (input) dapat
dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :
1. Input yang dapat dikuasai oleh
petani sifatnya seperti luas lahan, jumlah pupuk, tenaga kerja dan lain lain.
2. Input yang tidak dapat dikuasai oleh
petani dan sifatnya tidak tetap seperti iklim ( Soekartawi, 1983 )
Salah satu
cara untuk menganalisis suatu fungsi produksi adalah dengan menggunakan fungsi
produksi Cobb-Douglas. Menurut
Soekartawi (1995) fungsi produksi yang umum dibahas serta dipakai oleh peneliti
yaitu Cobb-Douglas. Fungsi
Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih
variabel, yaitu variabel dependent (Y) dan variabel independent (X),
penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara regresi, dimana
variasi dari Y dipengaruhi oleh variasi X.
Produksi hasil komoditas pertanian (on-farm)
sering disebut korbanan produksi karena faktor produksi tersebut dikorbankan
untuk menghasilkan komoditas pertanian. Oleh karena itu, untuk menghasilkan
suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi (input) dan komoditas
(output). Secara sistematik, dapat dituliskan dengan menggunakan analisis
fungsi produksi Cobb-Douglas.
Menurut “ Rahim (2008), fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua
atau lebih variabel (variabel bebas / independent
variable dan variabel tidak bebas / dependent
variable).”
Y = β0X1β1X2β2β…Xiβi…Xnβneπ
Jika di ubah kedalam bentuk linier :
Ln Y = Ln Bo +B1LnX1+B2LnX2+B3LnX3+B4LnX4+B5LnX5+e
Dimana X1, X2, X3, X4, X5 adalah
variabel yang menjelaskan, yaitu luas tanam , tenaga kerja, benih, pupuk,
pestisida. Sedangkan B1, B2, B3, B4,
dan B5 adalah parameter-parameter positif yang ditentukan oleh data.
Y adalah variabel yang akan dijelaskan yang keberadaannya dipengaruhi oleh
variabel X. Dan e adalah gangguan stokhastik atau kesalahan (distrubance term).
2.4 Pendapatan
Pendapatan
adalah sumber utama dalam berbagai kegiatan yang dilakukan semua masyarakat,
semua kebutuhan akan barang maupun jasa dapat terpenuhi dengan adanya
pendapatan baik dalam bentuk uang maupun barang. Daya beli ataupun konsumsi
seseorang tergantung dari pendapatan yang dibelanjakan, apabila pendapatan yang
dibelanjakan berubah maka jumlah barang atau jasa yang diminta juga berubah
(Sudarsono, 1985).
Setiap
kegiatan usaha membutuhkan berbagai input untuk menghasilkan output, sehingga
produksi yang dihasilkan akan dinilai secara ekonomi berdasarkan biaya yang
dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan
pendapatan kegiatan usaha. Pendapatan ini dianggap balas jasa untuk
faktor-faktor produksi yang digunakan atau dapat sebagai tanda berhasil
tidaknya suatu kegiatan usaha, pendapatan dapat diartikan sebagai nilai dari
barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat keseluruhan dalam jangka waktu
tertentu. Besarnya pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pengolahan dapat
diperoleh dengan mengurangkan total penerimaan terhadap total biaya
(Soekartawi, 1995).
2.5 Faktor
produksi
Faktor produksi yang berhubungan dengan pendapatan usahatani
jagung manis, antara lain :
1)
Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam hal ini petani
merupakan faktor penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi
komoditas pertanian. Penggunaan tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai curahan
tenaga kerja. Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang
dipakai.
Usahatani yang mempunyai ukuran
lahan berskala kecil biasanya disebut usahatani skala kecil dan biasanya pula
menggunakan tenaga kerja keluarga. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga
sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga luar yang berarti menghemat biaya
(Suratiyah, 2008).
2)
Benih
Benih atau bibit menentukan
keunggulan dari suatu komoditas. Benih yang baik yaitu benih dapat berkecambah
minimal 80%, biji harus kering, bebas dan tahan hama serta penyakit, tidak
tercemar bahan yang dapat menggangu kesehatan manusia, baik langsung atau tidak
langsung (Pracaya, 2009).
3)
Pupuk
Jenis pupuk yang sering digunakan
adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik adalah hasil akhir dari
perubahan atau penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan binatang,
misalnya pupuk kandang. Pupuk anorganik adalah hasil industri atau hasil
pabrik-pabrik pembuat pupuk, misalnya pupuk urea, TSP, dan KCl.
4)
Pestisida
Pestisida sangat dibutuhkan tanaman
untuk mencegah serta membasmi hama dan penyakit yang menyerangnya. Menurut
Rahim (2008) pestisida merupakan racun yang mengandung zat-zat aktif sebagai
pembasmi hama dan penyakit pada tanaman.
2.6 Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka pemikiran dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan
:
: Alur penelitian
: Alat / metode analisis
Gambar
1 menunjukkan bahwa penelitian terhadap usahatani jagung manis diawali dengan
menganalisa faktor-faktor produksi yang diduga mempengaruhi pendapatan
usahatani, kemudian diolah atau dianalisis dengan menggunakan metode fungsi
produksi cobb-Douglas, sehingga akan
diketahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor produksi tersebut terhadap
pendapatan usahatani jagung manis.