Berdasarkan Tambo, orang Rejang berasal dari Bidara Cina melewati Pagaruyung,
juga dari Majapahit dari Jawa. Mata pencaharian penduduk umumnya
bertani, baik pertanian padi di sawah maupun perkebunan seperti cengkeh,
lada, buah-buahan, dan sebagainya.
Pada masyarakat suku Rejang, disatu dusun
terdiri dari kelompok yang terikat atas, dasar ikatan perjanjian pada
saat sebelum upacara perkawinan menurut aksen bekulo. Pada prinsipnya
ada tiga macam yaitu asen Beleket, asen Semendo dan Semendo rajo-rajo.
Yang dimaksud beleket adalah perempuan masuk atau ikut kepada keluarga
suami, jadi berlaku sistem partrilikal. Semendo berarti laki-laki masuk
atau ikut kepada keluarga istri berarti termasuk sisitem matrilokal.
Sedangkan Semendo berarti bebas memilih atau bilokal.
John Marsden,
Residen Inggris di Lais (1775-1779) menceritakan tentang adanya empat
Petulai Rejang diantaranya Jekalang (Joorcalang), Selupuak (Selopoo),
Manai (Beremani), Tubey (Tubay)
di sisi lain Dr. J.W. Van Royen dalam Laporannya “adat-Federatie in de
Residentie’s Bengkoelen en Palembang” menyatakan bahwa Marga-Marga
tersebut merupakan kesatuan Rejang yang paling murni.